Saya ingin sharing tentang pengalaman saya saat masih SMA dulu, saya tergabung dalam sebuah band bawah tanah, atau lebih dikenal sebagai Band Underground.Untuk kebanyakan orang awam, underground dinilai sebagai sebuah aliran  musik yang isinya mungkin terlihat kurang nyaman dipandang apalagi didengar, dengan lirik yang tidak jelas apa yang diucapkan di setiap baitnya, hanya kebisingan tanpa arti yang kebanyakan orang menilai. Tetapi saya ingin menyegarkan pendapat orang-orang tentang "Underground" ini.
Underground sendiri sebenarnya bukan aliran musik, atau aliran sesat lainnya seperti yang dibilang orang kebanyakan, lucu sekali sebenarnya jika disebut aliran sesat, lah kami juga punya agama seperti yang diakui oleh negara tidaka ada yang murtad disini melupakan tuhannya, contoh nyatanya setiap gigs yang pernah saya datangi atau berpartisipasi di dalamnya, kami sangat menghormati orang beragama, dengan menghentikan acara pada waktu-waktu shalat fardu, seperti dzuhur ashar magrib dan isya, kenapa gak ada subuh? yah ngapain juga bikin acara pagi-pagi buta? hehe

Oke balik lagi ke topik awal, ehem... Kenapa di namakan underground? saya tidak mengutip darimanapun, tetapi saya menjalani dan akhirnya paham, bahwasannya underground adalah suatu komunitas, dimana pergerakannya hanya sebagian kecil dan terkesan tidak banyak orang yang mengetahuinya. Scene underground sendiri banyak macamnya, seperti PUNK, SKINHEAD, METAL, GRUNGE, HARDCORE dan masih banyak lagi. Yang akan saya bicarakan disini adalah scene METAL, musik ini sendiri sebenarnya musik yang sangat cerdas, teriak-teriakan yang biasanya pada musik ini bukanlah tanpa arti, tetapi dibalik itu ada susunan lirik dengan kalimat-kalimat sastra penuh arti, biasanya kritik sosial. Meneriakan kemarahan akan ketidakadilan pemerintahan, kesengsaraan masyarakat, dan kritik moral bangsa. sebenarnya hampir setiap scene underground juga meneriakan dengan unsur-unsur yang sama pula, hanya beda kemasan.
Lantas, biasanya untuk mengumpulkan penikmat scene-scene tertentu diadakan acara kecil yang biasa disebut gigs, dengan membuat flyer atau poster-poster, kemudian disebarkan disetiap tempat untuk menggaet penikmat itu sendiri. Dan acara yang dibuat bukan ilegal atau tidak resmi tapi acara ini resmi dengan ijin dari  kepolisian, karena untuk membuat satu acara underground, mengurus ijin di kepolisian cukup rumit, dengan dana yang tidak sedikit pula agar surat ijin dapat keluar.Belum lagi biaya untuk menyewa tempat, menyewa sound dan alat-alat musik. Saya ingin bercerita sedikit dengan mengurus ijin kepolisian tadi, pernah suatu ketika salah seorang teman saya berniat membuat acara underground di daerah tempat tinggalnya, hingga 3 bulan surat ijin belum keluar salah seorang oknum meminta sejumlah uang untuk melancarkan pemberian ijin tersebut, karena tempat dan alat-alat sudah terlanjur lama dibooking, mau gak mau ya kasih aja biar cepet urusannya. dan VOILAA!! hari itu juga surat ijin langsung keluar.
Underground sendiri adalah wadah untuk band-band kecil menyalurkan aspirasi dan bersenang-senang dengan para penikmatnya pula. Beruntung saya dan band saya bisa berkesempatan mengisi acara gigs di 5 kota berbeda di kalimantan dengan sistem invitation bukan harus registrasi dan membayar sejumlah uang untuk bisa berpartisipasi. Kami bersyukur bisa mendapatkan banyak kesempatan untuk manggung, karena kami sendiri sadar kami bukan band dengan kelas yang tinggi. Lambat laun, saya amati pergerakan underground scene di indonesia maju pesat, makna underground sedikit demi sedikit bergeser, bukan lagi mencari kesenangan atau kebebasan tetapi malah mencari keuntungan berkonotasikan uang.Acara dibuat dengan besar-besaran diapit sponsor besar, walaupun sebenarnya itu adalah dampak positif tentunya.
Dahulu hampir setiap acara pasti rusuh, karena saling senggol saat salah satu oknum dalam keadaan mabuk.
untuk sekarang keamanan sudah sangat bagus dengan ada kawalan polisi atau intel yang berjaga di adcara tersebut untuk menghindari kerusuhan kembali.
Oke,  saya ingin cerita yang senangnya saja deh. Biasanya pada saat band bermain di panggung para penonton tidak hanya diam mendengarkan tapi mereka juga ikut menyalurkan aspirasi kemarahan dengan bermoshing ria di mosh pit, bukan pada berantem yah, tetapi menyalurkan aspirasi kemarahan sekaligus kegembiraan, di mosh pit seseorang bisa bebas bergerak, bisa bebas berloncat-loncatan dan lain sebagainya tanpa harus malu dicap seperti orang gila :p
Itu adalah salah satu kegemaran saya, karena kebanyakan orang pasti jenuh harus menjaga sikap menjaga image dimata orang-orang di linkungan kerja ataupun lingkungan sekolah sekalipun, harus berbaju rapi menjaga santun dan menjaga omongan agar orang lain tidak tersinggung, tapi di acara underground bebas, kita bisa berteriak sesuka hati untuk mengeluarkan unek-unek yang terasa janggal dihati, itu yang paling saya suka diantara bagian bersenang-senang oleh komunitas ini, disini tidak ada yang salah selagi itu tidak membuat orang lain terluka fisik, kalo terluka batin ya balas aja lukain batin lagi toh gak ada yang harus masuk rumah sakit kan? :p
Saya ikut bangga, dengan kemajuan scene underground di indonesia sekarang, perlahan mulai bisa diterima masyarakat luas. Satu pesan saya, Don't judge by the cover!